Rabu, 15 Juni 2011

suasana hati

     Hati itu jujur, hati tidak pernah bohong. Ikutilah kata hati jika kalau memang itu yang terbaik dari pilihan yang ada. Mengikuti kata hati tak selamanya tersesuai dengan suasana hati orang-orang yang ada disekitaran kita. Hati cermin permukaan suasana lahir. Suasana yang orang dapat melihat dan mengartikan apa yang ada dalam pikiran atau mungkin hati.
Menjaga suasana hati, sebentuk usaha yang mungkin mudah diucap tapi susah diejawantahkan. Manusia terlalu sempurna untuk hanya berfokus pada pemikiran tunggal, manusia merasa punya hak dan kewajiban bahwa segala bentuk pemikiran harus bisa dilihat dari segala aspek yang mungkin dan mencirikan ini adalah buah pikiran manusia bukan mesin. Kecenderungan berubah itulah manusiawinya. Suasana hati yang buruk (bad mood) sering mengacaukan sebuah usaha atau perjalanan dalam menggapai sesuatu. Terlalu sering berganti suasana hati dapat membingungkan  lingkungan yang tak memahami kondisi sebenarnya.
   Bentuk usaha menjaga suasana hati beragam, seberagam sifat dan ego manusia. Dalam konteks komunikasi, membangun komunikasi yang intens dan santai, secara tidak langsung apa yang menjadi beban teringankan dengan obrolan yang ada. Berkomunikasi tidaklah harus bertatap muka karena kita sudah disandera oleh teknologi dan kemurahan internet. “Konek” menjadi kata yang menyatukan jarak dan rasa, menemani bukan berarti bersanding disamping tapi dengan “Konek” serasa 24 jam tanpa terpisahkan. Memang teknologi melunturkan silaturahmi, tapi ini mungkin transformasi konsep dalam berkomunikasi. Walau setiap orang berhati, tapi dalam menjaganya ternyata dibutuhkan hati yang lain untuk menjaga, walau hanya menjadi teman mengobrol atau mendengarkan. Ada sebuah proses pembelajaran dan pemahaman dalam konteks ini.
Dalam konteks diri sendiri, dengan berpikir positif dan berusaha memahami keadaan serta bersandar pada sang pencipta, menjaga suasana hati bukan hal susah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar